Assalamu'alaykum...
Lanjut lagi cerita pencarian gedung di waktu yang sempit ini. Selesai dari Gedung Bea dan Cukai, kami ga langsung ke Graha Marinir. Katanya yang diutamakan BC dan Graha Marinir......??? Iya, memang maunya Gedung Bea dan Cukai atau Graha Marinir tapi kalau dari rute perjalanannya, dari BC lebih enak ke Depsos dan Pegadaian dulu baru ke Graha Marinir. Sekali lagi, ini untuk jaga-jaga kalau Graha Marinir juga sudah penuh.... Dan tara..... jadilah kami ke Gedung Depsos dan Pegadaian....
Perhentian Pertama (First Stop)
Gedung Depsos!!!
Jujur saya ga begitu ingat pernah kondangan ke gedung ini atau ga, tapi gedung ini termasuk laris manis jadi incaran orang-orang untuk resepsi pernikahan. Dan yak betul, begitu saya sampai di sana, saya disuguhi kenyataan bahwa gedung ini sudah penuh di bulan Juni 2014, bahkan sepanjang tahun! Tapi biar lebih panjang dan rinci isi blognya, saya cerita dulu ya bagaimana kisah saya dengan gedung ini. *ihiiirrrr
Ketika kami sampai di gedung ini, tidak ada CP yang kami punya. Alhasil, kami tanya aja ke satpam, ke mana kami harus pergi untuk menanyakan gedung. Satpam memberitahu supaya kita ke tempat parkir karena tempat pemasaran ada bersebelahan (atau persis di belakang ya..) gedung resepsi. Dan pas banget saat itu lagi ada acara pernikahan juga. Bingung punya bingung, kami tanya lagi sama salah satu satpam yang bertugas di lapangan parkirnya. Alhamdulillah, ini Pak satpam baik banget dan bersedia mengantar kami langsung menemui sang pengelola gedung. Pak, Anda baik sekali. Sungguh. Terima kasih ya sudah membantu kami. *padahal satpamnya masih muda tapi aku panggil bapak. :D
Setelah parkir, kami berlima kroyokan mengikuti sang Pak Satpam menuju kantor pemasaran. Di sana kami melewati petugas katering yang sedang istirahat sejenak setelah beberes di ruang resepsi dan menunggu waktu acara dimulai.
Dan tok..tok...tok... Pak satpam mengetuk pintu kaca ribbon dan berkata, "Permisi bu, ada yang ingin bertemu". Kemudian kami dipersilahkan masuk. Ruangannya ga besar tapi cukup nyaman dan AC nya berasa (secara, hari itu matahari sepertinya terik padahal masih pagi). Langsung, adem banget setelah dari luar.
Ternyata pengelola gedung Depsos adalah seorang ibu dan lagi seorang Jawa, seperti Pak Sarimin yang BC. Cuma bedanya, suaranya si ibu (yang aku lupa tanya namanya) aduuuuuhhhhh lembuuuuuttttt sekali. Aku aja yang masih gadis, muda, dan masih keturunan Jawa, ga bisa ngomong sehalus itu. Suaranya rendah lembut, bahasanya halus, pokoknya kaya ngomong sama keluarga keraton! Rasanya tuh tambah adem suasana saat itu.
Pas kami tanya apakah gedung Depsos bisa disewa untuk tanggal 7 atau 8 Juni 2014, sang ibu menjawab bahwa sudah tidak ada tapi lagi-lagi karena sikap sopan santunnya sebagai orang Jawa (kurasa), dia langsung menawarkan untuk melihat jadwal pemakaian gedung di sebuah buku besar yang biasa dipakai untuk akuntansi itu loh... wuh pakewuh sekali si ibu. Dan memang kenyataannya sudah penuh... hufh..
Di sini kami diajak ngobrol sama ibunya walaupun ga lama juga sih, secara kami juga harus hunting ke tempat lain dan si ibu juga harus melanjutkan pekerjaannya. Kami diajak ngobrol tentang anaknya dan tentang booking-membooking gedung. Dari sinilah aku baru tahu kalau orang-orang booking gedung dari setahun sebelumnya...*udik banget ya
Bukan cuma masalah ngebooking setahun sebelumnya itu yang bikin aku terkejut tapi cerita ibunya ini nih.... Ibunya cerita kalau orang booking gedung tuh ada juga (ga semua ya...) yang gambling alias untung-untungan. Gambling??? maksudnya? Artinya adalah gedung sudah dibooked walaupun belum tentu akan menyelenggarakan acara di tanggal yang sudah dibooked!! Misal, dari setahun yang lalu ada orang booking gedung untuk tanggal 7 Juni 2014 untuk acara pernikahan padahal pada saat dia nge-take tuh gedung belum ada lamaran, belum ada kesepakatan akan menikah pada tanggal 7 Juni 2014 itu!!! Kami (bukan cuma aku loh... ) hanya ber-oh...oh...oh... baru tahu dan ga nyangka ada ya yang kaya gitu.
Terus kalau gitu, bayar DP-nya gimana? Yah, bayar DP ya bayar aja. Misal bayar DP Rp5 juta, ya yang booking akan bayar tuh DP Rp5juta. Urusan akan dipakai atau ga, urusan nanti. Kalau benar ternyata nantinya akan betul-betul diselenggarakan pesta pernikahan, aman doooonnggg... kan udah pesan gedung untuk tanggal 7 Juni 2014 dengan catatan lamaran dan segala persiapannya sebelum 7 Juni 2014 pastinya ya....untuk skenario ini berarti aman lancar jaya sukses sejahtera.
Lah, kalau ternyata ga ada penyelenggaraan resepsi pernikahan gimana? Hangus dong uang panjer yang sudah dibayar? Nah, inilah yang baru aku ngeh!!! *dasar manusia polos!!
Caranya adalah dengan over booking!!! Sejak menyiapkan pernikahan, aku sering baca blog-blog orang yang juga (sedang atau pernah) menyiapkan pernikahan. Di sana aku sering menjumpai orang yang menawarkan over booking gedung. Owalah,,,,ternyata salah satu alasan banyaknya over booking tuh ini toh.... baru ngertos kulo bu...bu...
Tau dong ya over booking? Pasti tau lah...pelimpahan pemesanan gitu deh. Ibunya pun sampai geleng-geleng dengan over booking ini karena kadang dia merasa kaget dan bingung karena tiba-tiba mendapat pemberitahuan bahwa pemesanan gedung dilimpahkan ke orang lain yang sudah pasti tidak dia kenal sebelumnya. jet lag kali ya....Itulah pengalaman baruku tentang urusan persiapan pernikahan.
Setelah itu, dengan baik hatinya si ibu memberi kami saran untuk perkiraan tamu 1.000 orang, bisa coba ke gedung Pegadaian dan Graha Seni (akan ada ceritanya nanti).
Baiklah, setelah selesai, kami pamit untuk cari gedung di tempat lain. Terima kasih bu.... jadi ada informasi baru.... :*
Untuk Gedung Depsos ini ga ada fotonya juga yaaa... karena ga sempet lihat dalam gedungnya seperti apa apalagi foto...cuma sedikit terlihat dari pintu yang terbuka sepertinya temanya warna biru.
Perhentian Selanjutnya (Next Stop) Gedung Pegadaian. Check your belonging and step carefully...
Setelah dari Gedung Depsos, kami menuju Gedung Pegadaian. Hari semakin siang, matahari semakin terik tapi aku masih harus tetap semangat menyetir mobil mencari gedung untuk pernikahanku ^_^ 9
Sampai di Gedung Pegadaian, kami tanya lagi ke satpam kemana bisa menemui pengelola gedung. Dapatlah kami informasi untuk mencari Mbak Santi di dalam. Baiklah....kami masuk dan parkir mobil di dalam. Saat itu, suasananya cenderung sepi ya walaupun ada acara pernikahan juga di situ. Baru ada keluarga dan panitia di dalam gedung, acaranya pun memang belum dimulai....
Kami mencoba bertanya kepada pemilik warung di situ apakah kenal dengan Mbak Santi. Kami diarahkan untuk mencari ke belakang gedung. Nurut lah kami ke belakang gedung. Di sana kami bertemu hanya dengan satu orang berpakaian beskap warna hitam. Udah jelas ya... bapak ini panitia acara pernikahan di dalam gedung. Tanpa malu, kami coba-coba aja tanya beliau kenal atau ga dengan Mbak Santi. Dan pepatah malu bertanya sesat di jalan memang tokcer. Melalui bapak berbeskap inilah akhirnya kami bertemu dengan Pak Saefudin yang bertugas hari itu.
Pak Saefudin ini badannya masya Allah kekar sekali. Otot-ototnya betul-betul kebentuk. Udah seperti tentara aja nih bapak. Bahkan aku belum pernah lihat tentara yang badannya sekekar dia. Biarpun badannya stereg begitu, dia orang Jawa juga and you know what? Aksen jawanya masih kental sekali alias Jawa meddddog. Orangnya juga ramah, pokoknya baik deh! Kami langsung diajak masuk ke dalam gedung bagian belakang dan diajak keliling gedung. Aku sempat ragu apakah gedungnya akan cukup untuk menampung 1.000 orang tapi ibuku bilang sih cukup.... entahlah. Kami pun diajak melihat bagaimana suasana ruangan yang sudah didekorasi untuk pernikahan saat itu. Temanya hijau. Lumayan menurutku.
Pak Saefudin terus menjelaskan tentang gedungnya, selasarnya, parkirnya, dll yang kira-kira perlu kami tahu. Dan ternyata sodara-sodara kami langsung diajak ke dalam kantor pemasarannya oleh beliau. Wow, cepat sekali penawarannya. Melihat peluang, dan langsung menawarkan. Teknik marketing yang cepat menurutku. Ngomong-ngomong, Pak Saefudin ini sebetulnya hanya bertugas untuk menjaga kelangsungan acara hari itu, bukan dari pegawai marketingnya tapi beliau bisa bantu kalau kita mau taruh nama di salah satu tanggal.
Pas kami diajak masuk ke ruang pemasarannya, ruangan untuk menerima tamunya agak lebih besar daripada yang Depsos. Di dalam ruang pemasaran Pegadaian, ada meja bundar kaca bening yang di bawahnya itu berjejer berbagai kartu nama katering yang bisa diambil. Di salah satu sisi tembok yang dekat dengan pintu masuk ada rak yang penuh dengan brosur katering. Buuuaaannnyyyaaaaakkkkkk buanget.
Di sini kami ditanya oleh Pak Saefudin rencana mau pesan tanggal berapa. Jawablah kami tanggal 7 atau 8 Juni 2014 siang. Ternyata di salah satu tembok itu ada sebuah papan besar yang ada tabel-tabel tanggal untuk pemesanan gedung. Setelah dilihat, Pak Saefudin bilang kalau tanggal 7 dan 8 Juni 2014 sudah penuh. Kalau berminat ada yang kosong di tanggal 15 Juni malam dan 21 Juni malam. Malam??? Waduh,,,, kami rencananya mau ngadain siang aja tapi adanya malam. Pusinglah kami....ga ada persiapan untuk acara malam. Ga kepikiran euy! Kami khawatir kalau malam membuat tamu undangan kesulitan datang. Tanya lagi lah ke Pak Saefudin, "Kalau yang siang sudah penuh semua ya Pak?"
Pak Saefudin melihat lagi ke papan tulis andalannya. Ada ternyata. Oh, lega rasanya mendengar kata ada. Tanggal 28 Juni siang. What???? 28 Juni 2014 siang???? Masya Allah, puasa dong... jedeng!!! runtuh ambruk lah semuanya. Masa mau nyuguhin makanan saat puasa? No no no no no no....
Kami harus memutuskan dalam waktu cepat. Aku langsung tanya apa bisa taruh nama saja dulu untuk kami diskusikan dulu di rumah. Alhamdulillah dibolehkan sama bapaknya. Akhirnya, aku taruh nama dulu di tanggal 15 Juni 2014 malam, jaga-jaga ga dapat gedung lagi. Daripada keburu diambil orang lain? Iya ga? Iya aja deh....udah pusing nih. Setelah itu, aku isi formulir pemesanan dan dikasih waktu untuk konfirmasi jadi atau tidaknya dalam 5 hari kerja. Baiklah, Pak Saefudin yang baik hati. Saya akan konfirmasi secepat mungkin langsung ke nomor Bapak. Mudah-mudahan dalam waktu dekat. Amiiiinnnn.... aku berdo'a supaya cepat-cepat bisa menentukan jadi atau tidaknya. Biar sama-sama enak. Akunya juga tenang bisa dapat kepastian gedung, Pak Saefudin juga ga terlalu lama nunggu kepastian dariku, takut ada pasangan lain yang juga mau pakai Pegadaian. Untuk konfirmasi, Pak Saefudin kasih nomor hp nya untuk dihubungi. Siap!! agak lebih tenang sekarang. Alhamdulillah... ada 1 yang berpeluang bisa dibooked.
Oh iya, aku sempat foto beberapa jepretan Gedung Pegadaian ini. Maaf ya kalau seadanya. Namanya juga amatir. hehehehe
Senin, 28 April 2014
Jumat, 25 April 2014
Incaran Utama: Gedung Bea dan Cukai
Assalamu'alaykum...
Jeng...jeng...jeng.... ngebut bikin postingan. Sekarang ngomongin cari gedung
Karena waktunya meffeeettt,, langsung segera cari gedung untuk tanggal 7 atau 8 Juni 2014. Duh, yang ini rawan banget ga dapet. Secara ya, mau sewa gedung untuk acara yang kurang dari 2 bulan lagi!!! Lagipula, kami mau cari gedung untuk undangan yang lumayan banyak. Estimasi 500 undangan alias mencapai 1.000 orang yang datang. Tapi entah kenapa saya dan keluarga ga merasa grasa-grusu. Rasanya tenang aja.
Pencarian dimulai dengan membuat prioritas gedung yang diincar. Yang jadi nominasi adalah Gedung Bea dan Cukai Kantor Pusat, Rawamangun (calon suami bilang, bukan Rawamanguuuunnn sebenernya itu masuk Pisangan) dan Graha Marinir, Kwitang. Kenapa memilih 2 gedung ini?
1. Kalau Gedung BC sudah banyak orang tahu dan relatif lebih dekat dari rumah. Selain itu, berharap lebih mudah diurus karena saudara sepupu kerja di sana. Jadi kalau mau tanya-tanya lebih mudah. Calon suami juga kerja di BC tapi bukan kantor pusat, di Tanjung Priok, berharap dapat potongan harga kalau yang pakai orang dalam. ;)
2. Kalau Graha Marinir sebenernya lebih kepada karena dekat dengan kantor saya jadi harapannya temen-temen kantor saya lebih mudah untuk datang nanti karena anggap aja ke kantor....wekekekeke. Cuma satu hal yang saya kurang suka dari gedung ini. AC nya!!! Pernah salah satu saudara pakai gedung ini untuk pernikahan. Tamu banyak dan AC tidak cukup untuk membuat ruangan itu tidak panas. Aku dan ayahku bahkan berdiri tepat di depan salah satu AC supaya tidak kepanasan. Itu pengalamanku. Ga tau ya kalau sekarang. Ngomong-ngomong Graha Marinir ini dulu namanya Panti Perwira. Tapi saya lebih suka menyebutnya dengan nama barunya, yaitu Graha Marinir karena ada lagi Panti Perwira di Balai Sudirman. Daripada bingung atau ketuker??? mending pakai nama barunya aja.
Dengan pertimbangan itu, kami berencana cari gedung di hari Minggu, 20 April 2014. Kenapa ga hunting mulai Sabtu???? Karena hari Sabtu, kami silaturahim ke rumah adik ibuku di Maruyung, nengok dedek bayi (keponakan baruku)... Sekalian tanya-tanya bagaimana mempersiapkan pernikahan karena lebih berpengalaman. Okeh, seharian Sabtu di sana, maka hari Minggu harus wajib kudu ga boleh ditunda cari gedung.
Dari 2 pilihan gedung, Gedung BC yang diutamakan. Usut punya usut, pengelolanya adalah Pak Jahran, cuma belum dapat nomor hp nya. Nekad lah aku, ibuku, ayahku berencana pergi hari Minggu itu juga. Dengan berbekal bismillah, kami berangkat. Eits... karena belum pengalaman hunting gedung, kami lakukan closed recruitment untuk 2 orang, yaitu kakak sepupuku dan suaminya. Di hari Minggu pagi, secara mendadak ibuku menelepon kakak sepupuku ini. Ngajak jalan-jalan (yang melelahkan).
Bismillahirrohmanirrohim.... berangkatlah kami.
Tujuan pertama adalah kantor Bea dan Cukai. Memegang nama 1 orang, Bapak Jahran. Tanpa nomor telepon, kami nekad menyambangi Kanpus DJBC. Aku dapat nama Pak Jahran dari kakak sepupuku yang bekerja di BC juga. Tapi ya itu tadi, ga nomornya. Mau ga mau, saya harus tanya calon suami dan ternyata dia pun tidak punya, tapi akan mencari tahu. Goooodddd!!!
Sampai di BC, kami langsung tanya satpam dimana bisa menemui Pak Jahran. Kami diberi tahu harus kemana untuk mencapai tempat Pak Jahran. Tempatnya seperti rumah dinas, atau memang rumah dinas? Entahlah, saya baru lihat dan baru tahu saat itu. Lanjuuuutttt... Ketika kami coba ketuk pintunya, tidak ada jawaban. Pak Jahran tidak ada di dalam. Kosong....siiiiiinnnnggggg..... dimanakah dia???
Alhamdulillah ada salah satu orang keluar dan menyarankan mencari ke gedung yang sedang ada acara pernikahan. Uhuk!! calon gedungku. hehe
Baiklah Pak, kami akan berusaha menemukan Anda apapun yang terjadi dan menyelamatkan Anda dari apapun *apa sih....
Sampai di gedungnya, banyak orang sedang mempersiapkan rangkaian bunga untuk acara pernikahan. Pasti bukan Pak Jahran dong.... Kami mencoba bertanya kepada salah seorang mas-mas. Dia bilang Pak Jahran lagi ga di gedung ini, coba aja ke masjid. Baiklah kami segera menuju masjid yang ternyata boooaaagguussss bener. Betul-betul cocok buat acara akad nikah. Lihat-lihat ke dalam, cari-cari Pak Jahran, yang ada hanya beberapa ibu dan anak-anak. Tidak ada Pak Jahran. Akhirnya kembali lagi ke gedung, ke mas-mas yang tadi (maaf ya mas saya ga tau nama sampean). Tanya lagi dimana Pak Jahran karena di masjid tidak ada. Akhirnya dia masuk ke suatu ruangan yang kuduga adalah ruang untuk kontrol. Beberapa saat kemudian dia kembali dan mempersilakan kami untuk naik ke atas menemui Pak Sarimin (kalau ga salah namanya Pak Sarimin) karena Pak Jahrannya ga kelihatan. Masuklah kami ke dalam gedung sambil aku clingak clinguk melihat ruangan yang sudah didekor untuk acara yang akan dilangsungkan hari itu. Berharap akan mendapatkan kabar yang menyenangkan, aku, kakak sepupuku, dan suaminya menemui Pak Sarimin di lantai 2. Ibuku tidak ikut naik karena kesulitan untuk naik tangga dan ayahku menemani ibuku di bawah.
Pas ketemu Pak Sarimin, bapaknya sedang duduk santai di ruang kendali sedang nonton TV. Ngobrol-ngobrol akhirnya harapan harus pupus. Gedung sudah penuh hingga akhir 2014! Bapaknya bilang, kalau Juni 2015 masih bisa. Yah, bapak...lama amat setahun lagi. Dan Pak Sarimin juga ngomong "Kok baru cari sekarang Mbak? Ini kan Jakarta, orang pada rebutan gedung. Saya aja yang orang sini udah ngebooking setahun sebelum hari H." hehehehe, yah namanya juga usaha Pak. Ga dapet di sini ya udah, cari tempat lain. Dan di tengah-tengah obrolan sama Pak Sarimin terdengar suara bbm. klung klung klung berkali-kali. Aku cuekin aja dulu, nanti aja lihatnya. Lagi konsen ngobrol sama bapaknya. Terus bapaknya menawarkan gedung di kolam renang. Wah, ada harapan. Tapi ternyata sodara-sodara, setelah bilang bahwa kita mau nyebar 500 undangan bapaknya langsung bilang "Wah kalau gitu ga cukup". Lagi pula, ada beberapa undakan di gedung kolam renang kata Pak Sarimin. Waduh...ga deh, cari yang lain aja dulu. Baiklah Pak Sarimin, kami pamit dulu. Baiklah, good bye BC....
Sebetulnya hal seperti ini sudah bisa diduga sejak awal karena Gedung BC termasuk favorit diincar sama calon pengantin untuk mengadakan resepsi. Jadi ga kaget-kaget banget pas tahu gedung ini sudah penuh sampai akhir tahun. Terus kenapa masih keukeuh coba-coba ke sini? Yah, namanya juga usaha. Siapa tahu memang rezeki dapat gedung ini. ;D
Setelah sampai di luar, pas buka bbm, ternyata dari cami memberitahukan dia sudah dapat nomor Pak Jahran dan sudah meneleponnya juga. Beliau juga mengatakan hal yang sama seperti Pak Sarimin dan menawarkan gedung dekat kolam renang. Baiklah, itu adalah penegasan. Gedung BC bukan rezeki kami untuk menggelar acara di sana. Lanjut ke tempat lain.
Masih tetap semangat, dan dengan hati yang tenang serta kepala dingin.
*ga ada foto ya, ga kepikiran buat foto-foto. Ketemu pengelolanya aja udah alhamdulillah
Jeng...jeng...jeng.... ngebut bikin postingan. Sekarang ngomongin cari gedung
Karena waktunya meffeeettt,, langsung segera cari gedung untuk tanggal 7 atau 8 Juni 2014. Duh, yang ini rawan banget ga dapet. Secara ya, mau sewa gedung untuk acara yang kurang dari 2 bulan lagi!!! Lagipula, kami mau cari gedung untuk undangan yang lumayan banyak. Estimasi 500 undangan alias mencapai 1.000 orang yang datang. Tapi entah kenapa saya dan keluarga ga merasa grasa-grusu. Rasanya tenang aja.
Pencarian dimulai dengan membuat prioritas gedung yang diincar. Yang jadi nominasi adalah Gedung Bea dan Cukai Kantor Pusat, Rawamangun (calon suami bilang, bukan Rawamanguuuunnn sebenernya itu masuk Pisangan) dan Graha Marinir, Kwitang. Kenapa memilih 2 gedung ini?
1. Kalau Gedung BC sudah banyak orang tahu dan relatif lebih dekat dari rumah. Selain itu, berharap lebih mudah diurus karena saudara sepupu kerja di sana. Jadi kalau mau tanya-tanya lebih mudah. Calon suami juga kerja di BC tapi bukan kantor pusat, di Tanjung Priok, berharap dapat potongan harga kalau yang pakai orang dalam. ;)
2. Kalau Graha Marinir sebenernya lebih kepada karena dekat dengan kantor saya jadi harapannya temen-temen kantor saya lebih mudah untuk datang nanti karena anggap aja ke kantor....wekekekeke. Cuma satu hal yang saya kurang suka dari gedung ini. AC nya!!! Pernah salah satu saudara pakai gedung ini untuk pernikahan. Tamu banyak dan AC tidak cukup untuk membuat ruangan itu tidak panas. Aku dan ayahku bahkan berdiri tepat di depan salah satu AC supaya tidak kepanasan. Itu pengalamanku. Ga tau ya kalau sekarang. Ngomong-ngomong Graha Marinir ini dulu namanya Panti Perwira. Tapi saya lebih suka menyebutnya dengan nama barunya, yaitu Graha Marinir karena ada lagi Panti Perwira di Balai Sudirman. Daripada bingung atau ketuker??? mending pakai nama barunya aja.
Dengan pertimbangan itu, kami berencana cari gedung di hari Minggu, 20 April 2014. Kenapa ga hunting mulai Sabtu???? Karena hari Sabtu, kami silaturahim ke rumah adik ibuku di Maruyung, nengok dedek bayi (keponakan baruku)... Sekalian tanya-tanya bagaimana mempersiapkan pernikahan karena lebih berpengalaman. Okeh, seharian Sabtu di sana, maka hari Minggu harus wajib kudu ga boleh ditunda cari gedung.
Dari 2 pilihan gedung, Gedung BC yang diutamakan. Usut punya usut, pengelolanya adalah Pak Jahran, cuma belum dapat nomor hp nya. Nekad lah aku, ibuku, ayahku berencana pergi hari Minggu itu juga. Dengan berbekal bismillah, kami berangkat. Eits... karena belum pengalaman hunting gedung, kami lakukan closed recruitment untuk 2 orang, yaitu kakak sepupuku dan suaminya. Di hari Minggu pagi, secara mendadak ibuku menelepon kakak sepupuku ini. Ngajak jalan-jalan (yang melelahkan).
Bismillahirrohmanirrohim.... berangkatlah kami.
Tujuan pertama adalah kantor Bea dan Cukai. Memegang nama 1 orang, Bapak Jahran. Tanpa nomor telepon, kami nekad menyambangi Kanpus DJBC. Aku dapat nama Pak Jahran dari kakak sepupuku yang bekerja di BC juga. Tapi ya itu tadi, ga nomornya. Mau ga mau, saya harus tanya calon suami dan ternyata dia pun tidak punya, tapi akan mencari tahu. Goooodddd!!!
Sampai di BC, kami langsung tanya satpam dimana bisa menemui Pak Jahran. Kami diberi tahu harus kemana untuk mencapai tempat Pak Jahran. Tempatnya seperti rumah dinas, atau memang rumah dinas? Entahlah, saya baru lihat dan baru tahu saat itu. Lanjuuuutttt... Ketika kami coba ketuk pintunya, tidak ada jawaban. Pak Jahran tidak ada di dalam. Kosong....siiiiiinnnnggggg..... dimanakah dia???
Alhamdulillah ada salah satu orang keluar dan menyarankan mencari ke gedung yang sedang ada acara pernikahan. Uhuk!! calon gedungku. hehe
Baiklah Pak, kami akan berusaha menemukan Anda apapun yang terjadi dan menyelamatkan Anda dari apapun *apa sih....
Sampai di gedungnya, banyak orang sedang mempersiapkan rangkaian bunga untuk acara pernikahan. Pasti bukan Pak Jahran dong.... Kami mencoba bertanya kepada salah seorang mas-mas. Dia bilang Pak Jahran lagi ga di gedung ini, coba aja ke masjid. Baiklah kami segera menuju masjid yang ternyata boooaaagguussss bener. Betul-betul cocok buat acara akad nikah. Lihat-lihat ke dalam, cari-cari Pak Jahran, yang ada hanya beberapa ibu dan anak-anak. Tidak ada Pak Jahran. Akhirnya kembali lagi ke gedung, ke mas-mas yang tadi (maaf ya mas saya ga tau nama sampean). Tanya lagi dimana Pak Jahran karena di masjid tidak ada. Akhirnya dia masuk ke suatu ruangan yang kuduga adalah ruang untuk kontrol. Beberapa saat kemudian dia kembali dan mempersilakan kami untuk naik ke atas menemui Pak Sarimin (kalau ga salah namanya Pak Sarimin) karena Pak Jahrannya ga kelihatan. Masuklah kami ke dalam gedung sambil aku clingak clinguk melihat ruangan yang sudah didekor untuk acara yang akan dilangsungkan hari itu. Berharap akan mendapatkan kabar yang menyenangkan, aku, kakak sepupuku, dan suaminya menemui Pak Sarimin di lantai 2. Ibuku tidak ikut naik karena kesulitan untuk naik tangga dan ayahku menemani ibuku di bawah.
Pas ketemu Pak Sarimin, bapaknya sedang duduk santai di ruang kendali sedang nonton TV. Ngobrol-ngobrol akhirnya harapan harus pupus. Gedung sudah penuh hingga akhir 2014! Bapaknya bilang, kalau Juni 2015 masih bisa. Yah, bapak...lama amat setahun lagi. Dan Pak Sarimin juga ngomong "Kok baru cari sekarang Mbak? Ini kan Jakarta, orang pada rebutan gedung. Saya aja yang orang sini udah ngebooking setahun sebelum hari H." hehehehe, yah namanya juga usaha Pak. Ga dapet di sini ya udah, cari tempat lain. Dan di tengah-tengah obrolan sama Pak Sarimin terdengar suara bbm. klung klung klung berkali-kali. Aku cuekin aja dulu, nanti aja lihatnya. Lagi konsen ngobrol sama bapaknya. Terus bapaknya menawarkan gedung di kolam renang. Wah, ada harapan. Tapi ternyata sodara-sodara, setelah bilang bahwa kita mau nyebar 500 undangan bapaknya langsung bilang "Wah kalau gitu ga cukup". Lagi pula, ada beberapa undakan di gedung kolam renang kata Pak Sarimin. Waduh...ga deh, cari yang lain aja dulu. Baiklah Pak Sarimin, kami pamit dulu. Baiklah, good bye BC....
Sebetulnya hal seperti ini sudah bisa diduga sejak awal karena Gedung BC termasuk favorit diincar sama calon pengantin untuk mengadakan resepsi. Jadi ga kaget-kaget banget pas tahu gedung ini sudah penuh sampai akhir tahun. Terus kenapa masih keukeuh coba-coba ke sini? Yah, namanya juga usaha. Siapa tahu memang rezeki dapat gedung ini. ;D
Setelah sampai di luar, pas buka bbm, ternyata dari cami memberitahukan dia sudah dapat nomor Pak Jahran dan sudah meneleponnya juga. Beliau juga mengatakan hal yang sama seperti Pak Sarimin dan menawarkan gedung dekat kolam renang. Baiklah, itu adalah penegasan. Gedung BC bukan rezeki kami untuk menggelar acara di sana. Lanjut ke tempat lain.
Masih tetap semangat, dan dengan hati yang tenang serta kepala dingin.
*ga ada foto ya, ga kepikiran buat foto-foto. Ketemu pengelolanya aja udah alhamdulillah
Mengingat, menimbang, memutuskan
Assalamu'alaykum wa rohmatullahi wa barokatuh
Kali ini masih tentang persiapan pernikahan. Seperti kata orang, yang pertama harus dipikirkan adalah gedung!! Secara ya ini Jakarta, banyak gedung tapi susssssaaaaaahhhhhhnyaaaaaa buat dapet. Orang-orang pada rebutan nyari gedung untuk acara pernikahan. Yah maklum lah ya, setiap tahun pasti ada orang yang nikah dong di Jakarta. Dalam setahun ada 52 minggu. Biasanya orang kan nikah/menyelenggarakan resepsi hari sabtu atau minggu ya yang paling umum. Berarti bisa kurang lebih 104 hari. Nah, resepsi di gedung biasanya bisa siang bisa malam. Berarti dalam setahun kurang lebih bisa ada 208 acara. Gedung di Jakarta ada berapa ya? Banyak deh pokoknya!!! Sebanyak apapun gedung, tetap aja yang nikah itu bisa ribuan pasangan. Jadi deh berebutan gedung wekekekekeke.
Nah, kenapa kami milih gedung untuk menyelenggarakan hajatan kali ini?
1. Yang mau diundang banyak, bahkan setelah dihitung-hitung bisa mencapai 500 undangan (bisa 1.000 orang yang datang). Banyak banger kan ya...Kenapa bisa banyak?
- Ngundang keluarga pastinya. Orang tuaku mengundang saudara-saudara kandung mereka (ya iyalah...) dan ini berakibat juga mengundang keponakan-keponakan mereka (alias sepupu-sepupuku) juga dong.... Ayahku itu 5 bersaudara, 1 telah wafat. Berarti yang diundang 3 saudara kandungnya dan belasan keponakannya :)
Ibuku 6 bersaudara. Berarti mengundang 5 saudara kandungnya dan belasan keponakannya juga.... dan keponakan kedua orang tuaku kebanyakan sudah berkeluarga dan anak-anak yang lucu-lucu. Kebayang dong berapa yang akan ikut? 1 undangan bisa-bisa ada 3-4 orang yang datang. Berhenti sampai di situ???? Oh tentu tidak.... Itu kan baru saudara kandung orang tuaku. Masih ada saudara-saudara sepupu mereka (om dan tante bagiku). Berapa banyak? Kalau digabung dari ayah dan ibuku, ada puluhan, bukan sekadar 20-30 loh.... Udah? Belom....
Ada lagi saudara-saudara yang kalau dari hubungan darah ga terlalu dekat tapi hubungan komunikasinya dekat. Berapa? Bisa puluhan juga (sekali lagi, bukan 20-30). Kenapa juga ngundang segitu banyak? Itu karena rasa ingin menghormati mereka dan karena kami punya hubungan baik. Rasanya kok ya kurang sopan kalau ga ngundang... Pulau Jawa sekali...
- Teman kerja orang tuaku. Yupz, ayah dan ibuku bekerja. Walaupun ayah sudah pensiun tapi masih punya hubungan baik dengan rekan-rekan kerjanya. Jumlahnya? Belasan mungkin (dari ayahku saja). Kalau dengan teman-teman kerja ibuku ya bisa jadi 2x lipatnya.
- Tetangga sekitar rumah yang 1 RT. Pernah denger, tetangga adalah saudara terdekat??? Aku termasuk yang setuju dengan itu. Secara ya, memang mereka yang paling dekat dengan kita dari segi jarak. Kalau ada apa-apa bisa saja mereka lebih dulu tahu daripada saudara kandung kita sendiri. Makanya, baik-baik sama tetangga. 1 RT, undang semua! ;D (sebenarnya ga cuma 1 RT sih,,,ada juga dari RT lain)
- Ayahku selama sudah pensiun, diminta untuk menjadi pengurus RW. Yupz, sudah jelas teman-temannya yang sama-sama pengurus RW juga diundang. Nah, biasanya kan pengurus RW kenal dengan pengurus RT lain tuh..... Diundang ga yah??? Aku ga tau deh ayahku ngundang pengurus RT lain apa ga.
- Ayahku juga aktif di masjid sejak masih bekerja. Jelas dong, jamaah masjid diundang :)
- Lah, dari tadi ayah terus yang nambah. Ibunya? Kalau ibuku udah banyak dari saudara-saudaranya!! hehehe... hebring lah pokoknya
- Kurang lebih seperti itulah dari pihak orang tuaku. Sekarang dari pihakku yang pasti teman-temanku dong... Teman-teman kantor, kuliah, rumah, halaqoh, dll. Jumlahnya? lebih dari 100 sepertinya (undangannya ya, bukan orangnya).
- Dan yang tidak boleh lupa, dari pihak calon suami. Keluarganya dan teman-temannya... Berapa? banyak lah...
Fiuuuuhhh, panjang juga ya penjelasannya. Jadi kalau ditotal-total undangannya ada ratuuuusaaannnn... *sambil ngunyah wafer tango ;D
2. Rumah kami letaknya ada di gang dan rumahnya BTN. Kebayang ga bagaimana jadinya ngundang banyak orang begitu? Kalau aku ga mau bayangin.... hehehehehehe
Yang pasti, kami harus menutup gang di depan rumah kami untuk jadi tempat resepsi. Akibatnya, mengganggu orang yang akan memakai jalan. Lagi, harus siap-siap rumah. Pindah-pindahin kursi, meja, perabotan supaya lebih lapang untuk tempat pelaminan, meja hidangan makanan, meja penerima tamu. Belum lagi mikirin parkir yang udah pasti sempit. Duh, ribet!
3. Mengingat poin 1, menimbang poin 2, maka kami memutuskan SEWA GEDUNG SAJA. habis perkara.
Kali ini masih tentang persiapan pernikahan. Seperti kata orang, yang pertama harus dipikirkan adalah gedung!! Secara ya ini Jakarta, banyak gedung tapi susssssaaaaaahhhhhhnyaaaaaa buat dapet. Orang-orang pada rebutan nyari gedung untuk acara pernikahan. Yah maklum lah ya, setiap tahun pasti ada orang yang nikah dong di Jakarta. Dalam setahun ada 52 minggu. Biasanya orang kan nikah/menyelenggarakan resepsi hari sabtu atau minggu ya yang paling umum. Berarti bisa kurang lebih 104 hari. Nah, resepsi di gedung biasanya bisa siang bisa malam. Berarti dalam setahun kurang lebih bisa ada 208 acara. Gedung di Jakarta ada berapa ya? Banyak deh pokoknya!!! Sebanyak apapun gedung, tetap aja yang nikah itu bisa ribuan pasangan. Jadi deh berebutan gedung wekekekekeke.
Nah, kenapa kami milih gedung untuk menyelenggarakan hajatan kali ini?
1. Yang mau diundang banyak, bahkan setelah dihitung-hitung bisa mencapai 500 undangan (bisa 1.000 orang yang datang). Banyak banger kan ya...Kenapa bisa banyak?
- Ngundang keluarga pastinya. Orang tuaku mengundang saudara-saudara kandung mereka (ya iyalah...) dan ini berakibat juga mengundang keponakan-keponakan mereka (alias sepupu-sepupuku) juga dong.... Ayahku itu 5 bersaudara, 1 telah wafat. Berarti yang diundang 3 saudara kandungnya dan belasan keponakannya :)
Ibuku 6 bersaudara. Berarti mengundang 5 saudara kandungnya dan belasan keponakannya juga.... dan keponakan kedua orang tuaku kebanyakan sudah berkeluarga dan anak-anak yang lucu-lucu. Kebayang dong berapa yang akan ikut? 1 undangan bisa-bisa ada 3-4 orang yang datang. Berhenti sampai di situ???? Oh tentu tidak.... Itu kan baru saudara kandung orang tuaku. Masih ada saudara-saudara sepupu mereka (om dan tante bagiku). Berapa banyak? Kalau digabung dari ayah dan ibuku, ada puluhan, bukan sekadar 20-30 loh.... Udah? Belom....
Ada lagi saudara-saudara yang kalau dari hubungan darah ga terlalu dekat tapi hubungan komunikasinya dekat. Berapa? Bisa puluhan juga (sekali lagi, bukan 20-30). Kenapa juga ngundang segitu banyak? Itu karena rasa ingin menghormati mereka dan karena kami punya hubungan baik. Rasanya kok ya kurang sopan kalau ga ngundang... Pulau Jawa sekali...
- Teman kerja orang tuaku. Yupz, ayah dan ibuku bekerja. Walaupun ayah sudah pensiun tapi masih punya hubungan baik dengan rekan-rekan kerjanya. Jumlahnya? Belasan mungkin (dari ayahku saja). Kalau dengan teman-teman kerja ibuku ya bisa jadi 2x lipatnya.
- Tetangga sekitar rumah yang 1 RT. Pernah denger, tetangga adalah saudara terdekat??? Aku termasuk yang setuju dengan itu. Secara ya, memang mereka yang paling dekat dengan kita dari segi jarak. Kalau ada apa-apa bisa saja mereka lebih dulu tahu daripada saudara kandung kita sendiri. Makanya, baik-baik sama tetangga. 1 RT, undang semua! ;D (sebenarnya ga cuma 1 RT sih,,,ada juga dari RT lain)
- Ayahku selama sudah pensiun, diminta untuk menjadi pengurus RW. Yupz, sudah jelas teman-temannya yang sama-sama pengurus RW juga diundang. Nah, biasanya kan pengurus RW kenal dengan pengurus RT lain tuh..... Diundang ga yah??? Aku ga tau deh ayahku ngundang pengurus RT lain apa ga.
- Ayahku juga aktif di masjid sejak masih bekerja. Jelas dong, jamaah masjid diundang :)
- Lah, dari tadi ayah terus yang nambah. Ibunya? Kalau ibuku udah banyak dari saudara-saudaranya!! hehehe... hebring lah pokoknya
- Kurang lebih seperti itulah dari pihak orang tuaku. Sekarang dari pihakku yang pasti teman-temanku dong... Teman-teman kantor, kuliah, rumah, halaqoh, dll. Jumlahnya? lebih dari 100 sepertinya (undangannya ya, bukan orangnya).
- Dan yang tidak boleh lupa, dari pihak calon suami. Keluarganya dan teman-temannya... Berapa? banyak lah...
Fiuuuuhhh, panjang juga ya penjelasannya. Jadi kalau ditotal-total undangannya ada ratuuuusaaannnn... *sambil ngunyah wafer tango ;D
2. Rumah kami letaknya ada di gang dan rumahnya BTN. Kebayang ga bagaimana jadinya ngundang banyak orang begitu? Kalau aku ga mau bayangin.... hehehehehehe
Yang pasti, kami harus menutup gang di depan rumah kami untuk jadi tempat resepsi. Akibatnya, mengganggu orang yang akan memakai jalan. Lagi, harus siap-siap rumah. Pindah-pindahin kursi, meja, perabotan supaya lebih lapang untuk tempat pelaminan, meja hidangan makanan, meja penerima tamu. Belum lagi mikirin parkir yang udah pasti sempit. Duh, ribet!
3. Mengingat poin 1, menimbang poin 2, maka kami memutuskan SEWA GEDUNG SAJA. habis perkara.
Kamis, 24 April 2014
ngebut...ngebut...ngebut...
Assalamu'alaykum...
Setelah lamaran waktu itu, kami segera menentukan hari H pernikahan. Dan ditetapkanlah 7 atau 8 Juni 2014. Lamaran tanggal 13 April 2014, pernikahan 7 atau 8 Juni 2014. Kecepetan???? Kalau dari segi waktu biasa saja tapi kalau dari segi persiapan.....bayanginnya aja udah kelimpungan. Tapi ga apa-apa. Bismillah, insya Allah banyak jalan dan kemudahan yang diberikan Allah.
Banyak hal yang harus disiapkan. Tempat, acara, makanan, busana, panitia, dan perintilan-perintilan lainnya.
Teliti punya teliti, kami sekeluarga memutuskan untuk menyewa gedung saja untuk acara pernikahanku. Pertimbangannya, rumah ga cukup luas untuk menampung tamu yang akan hadir. Mau ga mau akan memakai jalan di sekitar rumah dan kasihan pengguna jalan nantinya, harus ditutup jalannya (satu gang). Maklum, rumahku di gang. Padahal, rencana undangan diperkirakan mencapai 500 undangan yang mana dengan 1 undangan, belum tentu 1 orang yang dateng. Bisa 2-4 orang yang datang untuk 1 lembar undangan yang dikirimkan.
Banyak banget yang harus diurus segera dan orang tuaku baru akan menikahkan anaknya, yaitu aku!!! hehehe. Kakakku, aku langkahin ya... Ga apa-apa kan ;*
Karena baru pertama kali, bakalan agak ribet ya...
Jadi, buat daftar yang akan diurus:
1. Gedung!!! ini yang utama! supaya semua bisa ditentukan lebih matang
2. Catering ----> salah satu penentu utama suksesnya acara. bisa jadi bahan pujian dan gunjingan
3. Undangan (mana ada yang tahu ada acara kalau ga diundang, kan?)
4. Souvenir, ga wajib tapi sebagai tambahan ungkapan terima kasih atas kesediaan tamu untuk datang dan terus terkenang (hayyyaaaahhh...)
5. Dekorasi biar suasananya mendukung dan ruangan jadi indah
6. Rias dan busana. Kalau semua udah bagus, masa yang punya acara ga bagus penampilannya?
7. Panitia ---> bentuk nih...biar ga pusing sendirian. kan mau jadi ratu...
8. Lain-lain ---> sebetulnya sebel banget sama ini, karena bisa ga terduga apa aja yang akan muncul nanti dan biasanya, kata orang, agak bikin ribet
Darimana mulainya??? dari gedung dong.... dan alhamdulillah udah dapet. Tapi....ada tapinya. Ceritanya ada di posting selanjutnya.
Yosh!!! kebut kejar-kejaran sama waktu. *lari terbirit-birit sekuat tenaga
Bismillahirrohmanirrohim...
Udah dulu ya..
Assalamu'alaykum!!! *pergi dulu ya
Setelah lamaran waktu itu, kami segera menentukan hari H pernikahan. Dan ditetapkanlah 7 atau 8 Juni 2014. Lamaran tanggal 13 April 2014, pernikahan 7 atau 8 Juni 2014. Kecepetan???? Kalau dari segi waktu biasa saja tapi kalau dari segi persiapan.....bayanginnya aja udah kelimpungan. Tapi ga apa-apa. Bismillah, insya Allah banyak jalan dan kemudahan yang diberikan Allah.
Banyak hal yang harus disiapkan. Tempat, acara, makanan, busana, panitia, dan perintilan-perintilan lainnya.
Teliti punya teliti, kami sekeluarga memutuskan untuk menyewa gedung saja untuk acara pernikahanku. Pertimbangannya, rumah ga cukup luas untuk menampung tamu yang akan hadir. Mau ga mau akan memakai jalan di sekitar rumah dan kasihan pengguna jalan nantinya, harus ditutup jalannya (satu gang). Maklum, rumahku di gang. Padahal, rencana undangan diperkirakan mencapai 500 undangan yang mana dengan 1 undangan, belum tentu 1 orang yang dateng. Bisa 2-4 orang yang datang untuk 1 lembar undangan yang dikirimkan.
Banyak banget yang harus diurus segera dan orang tuaku baru akan menikahkan anaknya, yaitu aku!!! hehehe. Kakakku, aku langkahin ya... Ga apa-apa kan ;*
Karena baru pertama kali, bakalan agak ribet ya...
Jadi, buat daftar yang akan diurus:
1. Gedung!!! ini yang utama! supaya semua bisa ditentukan lebih matang
2. Catering ----> salah satu penentu utama suksesnya acara. bisa jadi bahan pujian dan gunjingan
3. Undangan (mana ada yang tahu ada acara kalau ga diundang, kan?)
4. Souvenir, ga wajib tapi sebagai tambahan ungkapan terima kasih atas kesediaan tamu untuk datang dan terus terkenang (hayyyaaaahhh...)
5. Dekorasi biar suasananya mendukung dan ruangan jadi indah
6. Rias dan busana. Kalau semua udah bagus, masa yang punya acara ga bagus penampilannya?
7. Panitia ---> bentuk nih...biar ga pusing sendirian. kan mau jadi ratu...
8. Lain-lain ---> sebetulnya sebel banget sama ini, karena bisa ga terduga apa aja yang akan muncul nanti dan biasanya, kata orang, agak bikin ribet
Darimana mulainya??? dari gedung dong.... dan alhamdulillah udah dapet. Tapi....ada tapinya. Ceritanya ada di posting selanjutnya.
Yosh!!! kebut kejar-kejaran sama waktu. *lari terbirit-birit sekuat tenaga
Bismillahirrohmanirrohim...
Udah dulu ya..
Assalamu'alaykum!!! *pergi dulu ya
Dilamar *blushing*
Assalamu'alaykum warohmatullahi wa barokatuh
Tanggal 27 Maret 2014 mendapat kabar bahwa dia dan keluarganya akan silaturahim ke rumahku. Tidak ada bayangan, tidak ada dugaan. Aku kira itu hanya silaturahim biasa, hanya perkenalan kedua keluarga kami. Ya, kedua keluarga kami belum pernah bertemu sebelumnya.
Rencananya dia dan keluarganya akan datang setelah hajatan besar Pemilu 2014. Hari sabtu atau minggu? Belum ditentukan....
8 April 2014 mendapatkan kabar lagi yang lebih spesifik, "hari Minggu", katanya. Dia memberikan berita akan datang bersama keluarganya di hari Minggu tanggal 13 April 2014.
13 April 2014, kami menyiapkan rumah lebih dari biasanya. Akan ada tamu yang datang ke rumah.
Tidak ada yang lain, hanya dua keluarga kami. Itu saja. Mereka sampai di rumah kami di pagi hari sekitar jam 9 atau jam 10.
Mengobrol, bercanda, tertawa hingga siang hari. Makan siang bersama, sholat, dan berbincang santai.
Dan orang tuanya melamar, memintaku kepada kedua orang tuaku. Tanpa seserahan, tanpa foto, tanpa acara resmi, apalagi cincin. Sederhana saja tapi itulah intinya. Dan saya suka kesederhanaan ini. Yang penting kami semua saling ridho satu sama lain.
Kini, tidak ada lagi pria yang boleh melamarku. Janji bersedia menjadi isterinya telah terikat. Kalau orang bilang sebelum janur kuning melambai masih bisa direbut maka sebetulnya adalah ketika seorang wanita dilamar dan dia menerima lamaran itu, maka ikatan telah terbentuk dan tidak bisa diganggu gugat....selama tidak ada hal yang bertentangan atau membahayakan tentunya.
Bismillah... semoga Allah meridhoi kami dan segala hal yang berkaitan.
Tanggal 27 Maret 2014 mendapat kabar bahwa dia dan keluarganya akan silaturahim ke rumahku. Tidak ada bayangan, tidak ada dugaan. Aku kira itu hanya silaturahim biasa, hanya perkenalan kedua keluarga kami. Ya, kedua keluarga kami belum pernah bertemu sebelumnya.
Rencananya dia dan keluarganya akan datang setelah hajatan besar Pemilu 2014. Hari sabtu atau minggu? Belum ditentukan....
8 April 2014 mendapatkan kabar lagi yang lebih spesifik, "hari Minggu", katanya. Dia memberikan berita akan datang bersama keluarganya di hari Minggu tanggal 13 April 2014.
13 April 2014, kami menyiapkan rumah lebih dari biasanya. Akan ada tamu yang datang ke rumah.
Tidak ada yang lain, hanya dua keluarga kami. Itu saja. Mereka sampai di rumah kami di pagi hari sekitar jam 9 atau jam 10.
Mengobrol, bercanda, tertawa hingga siang hari. Makan siang bersama, sholat, dan berbincang santai.
Dan orang tuanya melamar, memintaku kepada kedua orang tuaku. Tanpa seserahan, tanpa foto, tanpa acara resmi, apalagi cincin. Sederhana saja tapi itulah intinya. Dan saya suka kesederhanaan ini. Yang penting kami semua saling ridho satu sama lain.
Kini, tidak ada lagi pria yang boleh melamarku. Janji bersedia menjadi isterinya telah terikat. Kalau orang bilang sebelum janur kuning melambai masih bisa direbut maka sebetulnya adalah ketika seorang wanita dilamar dan dia menerima lamaran itu, maka ikatan telah terbentuk dan tidak bisa diganggu gugat....selama tidak ada hal yang bertentangan atau membahayakan tentunya.
Bismillah... semoga Allah meridhoi kami dan segala hal yang berkaitan.
Senin, 21 April 2014
Que sera, sera
Bismillahirrohmanirrohim
Pemilu Legislatif 2014 kemarin heboh dengan kekhawatiran banyaknya golput. Aku sendiri ga tau ya tingkat golput seperti apa sekarang. Aku pribadi termasuk orang yang ga golput alias ikut nyoblos.... blos... blos...
Mungkin banyak orang berpikiran bahwa lembaga tinggi negara ini sudah bobrok. Berita negatif A sampai Z lanjut lagi AA sampai ZZ dan terus sampai banyaaaaaakkkkk sekali berita negatif memang sepertinya membuat berpikir "Ahhh... mau diapain juga ga ada bedanya!!!"
Tapi entah kenapa aku termasuk yang masih ingin punya harapan untuk kebaikan negeri ini. Ga mungkin negeri ini hanya punya hal-hal buruk untuk didengar dan dilihat. Pasti (!) ada hal-hal baik yang patut diperjuangkan. Kalau soal manusianya....ga ada yang sempurna! Ada, pasti ada orang baik yang nyangkut di deretan nama surat suara. Cara taunya? Ga gampang emang. Tapi yah, seenggak-enggaknya sempetin lah sedikit waktu untuk melihat profil para calon di websitenya KPU http://dct.kpu.go.id/
Sebenarnya bukan cuma aku aja yang begitu. Banyak juga warga negara yang masih bersedia nyoblos di hari Pemilu yang sengaja dibuat libur supaya orang pada nyoblos. Termasuk orang tuaku. Ayahku ikut jadi panitia TPS di sekita rumah. Ibuku semangat banget ngajakin ikutan Pemilu. Subuh-subuh udah nyuruh siap-siap. -_-
Waktunya kan masih panjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannngggg.... ngapain juga buru-buru. Saking semangatnya, jam tujuh ibuku udah nyuruh aku ikut dia ke TPS untuk milih. Aku anak baik yang penurut qurota a'yun (amiiinnn...) ini manutttt aja. Kakakku juga dioprak-oprak ibuku. Tapi dia si anak laki-laki tak mau diatur dan disuruh-suruh langsung naik ke atas, masuk kamar tutup dan kunci pintu. Tidddduuurrr lageeee!!!! (dia nyoblos jam setengah 11 siang, setelah puas tidur...)
Dan setelah sampai di TPS, mulai aja belom! Panitia udah pada ngumpul sih, saksi juga. Ada juga beberapa orang pemilih yang udah datang. Tapi blom ngapain2 kawan! Akhirnya kami ke meja pendaftaran dan dapat nomor antrean. Dan jadilah kami ikut menyaksikan pemeriksaan awal kelengkapan peralatan dan dokumen yang harus ada untuk pemilu ini. Segala macam formulir dengan kode-kode huruf yang bagiku buaaannyyyaaaak banget bikin njlimet sakit kepala denger nama formulirnya. Blom lagi menghitung jumlah surat suara yang harus cukup. Hitung deh tuh satu-satu! @.@
Dan ibuku yang rajin binti semangat bergoongan darah O itu sudah bosan dengan proses pemeriksaan itu. " Ih!!! Lama banget! ", begitu katanya. Lah, salah sendiri kan yah semangat banget datang pagi-pagi. -_-'"
Ah, tapi aku sendiri senang memutuskan untuk ikut memilih. Aku memang ga tau pilihanku ini sempurna atau tidak. Akankah dia bertindak buruk di masa depan karena memang tidak kenal secara pribadi. Tapi kalau dipikir-pikir masa iya kita harus kenal dengan semua mereka baru mau ikut milih. Mana kita tahu dari dulu kalau meraka bakal mencalonkan diri. Dan mana mungkin mereka memperkenalkan diri ke tiap-tiap orang di Indonesia!!! Negara ini memang begini adanya, menggunakan sistem demokrasi seperti negara di belahan barat sana. Saya pro demokrasi??? Nggak juga tuh. Biasa-biasa aja. Saya ga ngerti begitu-begituan. Tapi beginilah cara memilih pemimpin di negeri ini sekarang. Bagi saya, gunakan saja hak pilih. Yang bisa saya lakukan hanya mencoba untuk tahu walaupun selapis kulit ari dan menentukan pilihan. Ga lupa juga berdoa semoga Allah supaya membantu negeri ini dari kesulitan.
Bismillah.... giliranku tiba saat itu. Mengambil surat suara, menuju bilik suara, buka surat suara, mengecek surat suara, dan coblos! prok...prok...prok... Selesai sudah tugasku. Que sera, sera.
Pemilu Legislatif 2014 kemarin heboh dengan kekhawatiran banyaknya golput. Aku sendiri ga tau ya tingkat golput seperti apa sekarang. Aku pribadi termasuk orang yang ga golput alias ikut nyoblos.... blos... blos...
Mungkin banyak orang berpikiran bahwa lembaga tinggi negara ini sudah bobrok. Berita negatif A sampai Z lanjut lagi AA sampai ZZ dan terus sampai banyaaaaaakkkkk sekali berita negatif memang sepertinya membuat berpikir "Ahhh... mau diapain juga ga ada bedanya!!!"
Tapi entah kenapa aku termasuk yang masih ingin punya harapan untuk kebaikan negeri ini. Ga mungkin negeri ini hanya punya hal-hal buruk untuk didengar dan dilihat. Pasti (!) ada hal-hal baik yang patut diperjuangkan. Kalau soal manusianya....ga ada yang sempurna! Ada, pasti ada orang baik yang nyangkut di deretan nama surat suara. Cara taunya? Ga gampang emang. Tapi yah, seenggak-enggaknya sempetin lah sedikit waktu untuk melihat profil para calon di websitenya KPU http://dct.kpu.go.id/
Sebenarnya bukan cuma aku aja yang begitu. Banyak juga warga negara yang masih bersedia nyoblos di hari Pemilu yang sengaja dibuat libur supaya orang pada nyoblos. Termasuk orang tuaku. Ayahku ikut jadi panitia TPS di sekita rumah. Ibuku semangat banget ngajakin ikutan Pemilu. Subuh-subuh udah nyuruh siap-siap. -_-
Waktunya kan masih panjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannngggg.... ngapain juga buru-buru. Saking semangatnya, jam tujuh ibuku udah nyuruh aku ikut dia ke TPS untuk milih. Aku anak baik yang penurut qurota a'yun (amiiinnn...) ini manutttt aja. Kakakku juga dioprak-oprak ibuku. Tapi dia si anak laki-laki tak mau diatur dan disuruh-suruh langsung naik ke atas, masuk kamar tutup dan kunci pintu. Tidddduuurrr lageeee!!!! (dia nyoblos jam setengah 11 siang, setelah puas tidur...)
Dan setelah sampai di TPS, mulai aja belom! Panitia udah pada ngumpul sih, saksi juga. Ada juga beberapa orang pemilih yang udah datang. Tapi blom ngapain2 kawan! Akhirnya kami ke meja pendaftaran dan dapat nomor antrean. Dan jadilah kami ikut menyaksikan pemeriksaan awal kelengkapan peralatan dan dokumen yang harus ada untuk pemilu ini. Segala macam formulir dengan kode-kode huruf yang bagiku buaaannyyyaaaak banget bikin njlimet sakit kepala denger nama formulirnya. Blom lagi menghitung jumlah surat suara yang harus cukup. Hitung deh tuh satu-satu! @.@
Dan ibuku yang rajin binti semangat bergoongan darah O itu sudah bosan dengan proses pemeriksaan itu. " Ih!!! Lama banget! ", begitu katanya. Lah, salah sendiri kan yah semangat banget datang pagi-pagi. -_-'"
Ah, tapi aku sendiri senang memutuskan untuk ikut memilih. Aku memang ga tau pilihanku ini sempurna atau tidak. Akankah dia bertindak buruk di masa depan karena memang tidak kenal secara pribadi. Tapi kalau dipikir-pikir masa iya kita harus kenal dengan semua mereka baru mau ikut milih. Mana kita tahu dari dulu kalau meraka bakal mencalonkan diri. Dan mana mungkin mereka memperkenalkan diri ke tiap-tiap orang di Indonesia!!! Negara ini memang begini adanya, menggunakan sistem demokrasi seperti negara di belahan barat sana. Saya pro demokrasi??? Nggak juga tuh. Biasa-biasa aja. Saya ga ngerti begitu-begituan. Tapi beginilah cara memilih pemimpin di negeri ini sekarang. Bagi saya, gunakan saja hak pilih. Yang bisa saya lakukan hanya mencoba untuk tahu walaupun selapis kulit ari dan menentukan pilihan. Ga lupa juga berdoa semoga Allah supaya membantu negeri ini dari kesulitan.
Bismillah.... giliranku tiba saat itu. Mengambil surat suara, menuju bilik suara, buka surat suara, mengecek surat suara, dan coblos! prok...prok...prok... Selesai sudah tugasku. Que sera, sera.
Langganan:
Postingan (Atom)